Tanggamus – Bintang Broadcast Media
Setelah berhari-hari dihantui teror predator sungai, warga Pekon Sripurnomo, Kecamatan Semaka, akhirnya bisa sedikit bernapas lega. Seekor buaya muara (Crocodylus porosus) sepanjang 4,5 meter yang diduga kuat memangsa Mbah Wasim (80) berhasil ditangkap hidup-hidup oleh tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung pada Kamis, 4 Juli 2025, pukul 21.00 WIB.
Penangkapan dilakukan di tengah sunyi malam, diiringi suara gemuruh aliran Sungai Way Semaka. Sosok buaya raksasa itu akhirnya masuk perangkap yang dipasang dengan penuh kehati-hatian, menandai berakhirnya teror yang mencekam kehidupan warga selama ini.
“Saya tidak akan lupa hari itu. Mbah Wasim orang baik. Sejak kejadian itu kami hidup dalam ketakutan,” ungkap Mulyadi (45), warga yang sejak kecil menggantungkan hidup dari air Way Semaka.
Tragedi mengerikan ini memang meninggalkan luka mendalam. Mbah Wasim ditemukan tewas dengan luka menganga akibat gigitan buaya di tepi sungai. Sejak saat itu, Way Semaka—yang dahulu menjadi nadi kehidupan warga untuk mandi, mencuci, dan mencari ikan—berubah menjadi wilayah terlarang.
Tak sedikit warga yang lebih memilih menampung air hujan daripada menyentuh tepian sungai. Anak-anak tak lagi bermain di tepi air, para ibu tak lagi mencuci sambil bercengkerama. Sungai yang dulu menghidupi kini menyimpan bayang-bayang maut.
Buaya muara sendiri merupakan salah satu predator paling mematikan di dunia dan termasuk satwa yang dilindungi berdasarkan UU No. 5 Tahun 1990 serta Permen LHK No. P.106 Tahun 2018. Menurut Yuliar, pemimpin tim dari BKSDA, buaya yang ditangkap akan dipindahkan ke lokasi penampungan sebelum dilepasliarkan kembali ke habitat yang lebih aman.
Dalam satu tahun terakhir, ini merupakan buaya kedua yang berhasil dievakuasi dari Way Semaka. Namun bagi warga, trauma masih membekas. BKSD pun mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, terutama saat beraktivitas di sekitar sungai pada pagi dan sore hari.
Tangisan keluarga korban dan napas lega warga kini menyatu di tepian Way Semaka. Harapan perlahan tumbuh: agar sungai ini kembali menjadi sumber kehidupan, bukan teror yang menyelinap di bawah arusnya.
(Asmawan Priyadi)